Minggu, 25 September 2016

sejarah islam di indonesia


Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

Perkembangan Agama Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Batu nisan Sultan Malik as Shaleh yang berangka tahun 1297. Sultan Malik as Shaleh adalah pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
b. Catatan Marcopolo 1292, seorang musafir dari Venesia. Ia menuliskan bahwa pada tahun tersebut penduduk Kota Perlak sudah memeluk Islam.
c. Catatan Ibnu Batutah, seorang musafir dari Tunisia 1345–1346. Ia menuliskan bahwa agama Islam berkembang di Samudera Pasai. Menurut Prof. Dr. Hamka, Islam masuk Indonesia berasal dari Mekah dan Mesir.

Dalam waktu singkat agama Islam berkembang di Nusantara. Proses penyebaran agama Islam dapat berlangsung karena mendapat dukungan dari berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan ajaran Islam adalah sebagai berikut.

1. Pedagang
Hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara lain sangat erat. Misalnya, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Apalagi setelah Selat Malaka dikuasai Portugis. Mereka mulai mengalihkan pelayarannya dari Malaka dengan rute sebagai berikut.

Aceh pantai barat Sumatra Selat Sunda Banten Jepara Tuban Gresik Banjarmasin Gowa Ambon Ternate kembali ke Barat.

Wilayah yang dilalui berkembang menjadi bandar pelabuhan yang besar. Perkembangan Islam pun semakin lancar. Para pedagang tersebut berinteraksi dengan penduduk sekitar. Dari sinilah agama Islam mulai dikenal dan dianut bangsa lain.

2. Ulama
Ulama adalah orang yang ahli dalam agama Islam. Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, peran ulama sangatlah penting. Tokoh-tokoh ulama sangat berjasa dalam penyebarluasan agama Islam. Di Pulau Jawa dilakukan oleh Walisanga. Perkembangan Islam di Pulau Jawa berjalan dengan baik. Penduduk di Pulau Jawa mulai meninggalkan kepercayaan animisme. Ulama yang termasuk Walisanga biasanya mendapat sebutan Sunan.

gambar-wali-songo-3

Peranan ulama di antaranya sebagai berikut.
a. Sebagai sumber ilmu dan tempat belajar agama Islam. Terutama bagi penduduk yang baru masuk Islam.
b. Teladan dan panutan bagi masyarakat.
c. Sebagai pemimpin umat. Hal ini dibuktikan banyak ulama menjadi kepala negara atau raja. Mereka dianggap mempunyai kelebihan dibanding yang lain.
d. Dai dalam menyiarkan agama Islam.

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia.

1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 oleh Marah Silu atau Sultan Malik as Shaleh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Adapun raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai
berikut.
a. Sultan Malik as Shaleh (1270–1297)
Merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
b. Sultan Malik al Tahir I (1297–1326)
Setelah Sultan Malik as Saleh wafat, penggantinya adalah Sultan Malik al Tahir. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mulai membina hubungan dengan Kerajaan Pidie dan Barus. Selain itu, membangun bandar kerajaan bagi pedagang Islam.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326–1348)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan. Samudera Pasai juga sebagai pusat perdagangan dan penyiaran agama Islam.
d. Sultan Zainal Abidin (1349–1496)
Pemerintahan Sultan Zainal Abidin memegang peranan penting dalam perkembangan Islam di Jawa. Ia mengirimkan dua pendakwah dari Samudera Pasai ke Pulau Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Iskak.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri sekitar abad ke-16 M. Kerajaan ini beribu kota di Kutarajaatau sekarang Banda Aceh.
Raja-raja acah
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1530)
Semula wilayah Kerajaan Aceh merupakan bagian Kerajaan Pidie. Atas perjuangan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh dapat melepaskan diri. Bahkan, Aceh dapat menaklukkan daerah Perlak, Pasai, dan Nias.
2. Sultan Salahudin (1530–1537)
Sultan Salahudin hanya sebentar memerintah di Kerajaan Aceh. Ia dianggap kurang berhasil memimpin Kerajaan Aceh. Pada tahun 1537, digantikan oleh adik Sultan Ali Mughayat Syah yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah
Selama masa pemerintahannya, Sultan Alaudin Riayat Syah mampu meluaskan wilayah. Ia juga menyiarkan agama Islam sampai ke daerah Siak, Pariaman, dan Indrapura.
4. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi zaman keemasan bagi Kerajaan Aceh. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, seperti Persia, Turki, Cina, dan India. Kerajaaan Aceh menjadi pelabuhan internasional yang dikunjungi pedagang Nusantara dan pedagang negara lain.
5. Sultan Iskandar Thani (1636–1641)
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran karena banyak perlawanan di berbagai daerah. Hal ini diperburuk dengan adanya persaingan dari Belanda yang akhirnya berhasil menguasai Malaka pada tahun 1641.

3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan pusat penyebaran agama Islam. Dari Demak, agama Islam menyebar ke kawasan pantai utara Jawa Barat dan pedalaman Jawa Tengah. Bahkan, pantai utara Jawa Timur dan daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
Raja-raja di kerajaan demak
a. Raden Patah (1500–1518)
Raden Patah berhasil mendirikan Kerajaan Demak dibantu para ulama. Penyebaran Islam di Pulau Jawa berkembang dengan baik atas jasa Walisanga. Nah atas bantuan Walisanga pula, Raden Patah berhasil mendirikan sebuah masjid. Masjid itu dikenal dengan nama Masjid Agung Demak.
b. Adipati Unus (1518–1521)
Ia memerintah Demak selama 3 tahun. Ia berhasil mengusir Portugis yang menganggu kelancaran perdagangan Demak. Adipati Unus menyeberang ke utara menuju Malaka. Oleh karena itu, ia mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.
c. Sultan Trenggono (1521–1546)
Pengganti Adipati Unus seharusnya Sekar Seda Lepen. Namun, Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono). Akhirnya, kerajaan jatuh ke tangan Sultan Trenggono
Pada masa pemerintahannya, wilayah Demak semakin luas dan mengalami kejayaan. Bahkan, Kerajaan Demak berhasil mengusir Portugis dan merebut Sunda Kelapa.
Sultan Trenggono mempunyai dua menantu yaitu Fatahillah dan Joko Tingkir. Fatahillah mempunyai nama asli Syarif Hidayatullah atau Sunan Kalijaga. Dan, Joko Tingkir disebut juga Sultan Hadiwijaya.
Tahun 1546 Sultan Trenggono gugur saat melakukan perluasan wilayah ke Blambangan, Jawa Timur. Akhir Kerajaan Demak ditandai dengan perebutan kekuasaan. Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono) berebut dengan Arya Penangsang (putra Sekar Seda Lepen). Di tengah perebutan kekuasaan itu, muncullah Joko Tingkir. Ia berhasil membunuh Arya Penangsang. Lalu pusat
pemerintahan Demak dipindah ke Pajang pada tahun 1586.

4. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya. Kerajaan Pajang mempunyai keunikan tersendiri. Kerajaan Pajang berdiri hanya dalam satu kali pemerintahan. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, terjadi perebutan kekuasaan. Arya Panguri (anak Sultan Prawata) berebut dengan Pangeran Benawa (anak Hadiwijaya). Dalam mempertahankan kekuasaannya Pangeran Benawa dibantu Sutawijaya. Namun, ia merasa tidak sanggup menggantikan tahta ayahnya. Kekuasaan pun diberikan kepada Sutawijaya.

5. Kerajaan Mataram
Mataram didirikan oleh Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram berpusat di Kota Gede. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Mataram berkembang sampai ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, dan Galuh. Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Beliau dimakamkan di Kota Gede. Tahta Mataram dilanjutkan oleh Mas Jolang yang bergelar Anyakrawati.
Pada masa pemerintahan Mas Jolang banyak terjadi pemberontakan. Mas Jolang meninggal tahun 1613 di Desa Krapyak. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar Pangeran Seda Krapyak.
Mas Jolang digantikan putranya yang bernama Mas Rangsang. Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi raja terbesar Mataram. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram meluas sampai Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan, Tuban, Lasem, Pamekasan, Sukanada, Goa, dan Palembang.
Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung mengirim pasukan. Tujuannya untuk menyerang VOC di Batavia. Namun, kedua serangan itu mengalami kekalahan. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Kedudukannya digantikan putranya bernama Sultan Amangkurat I. Dari sinilah kejayaan Mataram mulai menurun. Wilayah Kerajaan Mataram mulai mengecil. Hal ini disebabkan adanya perjanjian dengan Belanda.

6. Kerajaan Banten
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari 1651 sampai tahun 1892. Semasa pemerintahannya, agama Islam berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ulama Islam yang didatangkan ke Banten. Salah satunya Syekh Yusuf dari Sulawesi. Selain itu, Banten juga bekerja sama dengan Turki dan Moghul. Sultan Ageng Tirtayasa selalu membina hubungan baik dengan negara lain. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa pernah mengadakan perlawanan terhadap VOC di Banten. Namun, perlawanannya mengalami kegagalan. Hal ini diakibatkan pengkhianatan putranya. Sultan Haji bekerja sama dengan VOC. Akhirnya, Banten dapat dikuasai VOC (Belanda).

7. Kerajaan Makassar/Gowa
Raja Islam pertama Kerajaan Gowa adalah Daeng Manrabia yang bergelar Sultan Alauddin. Pada masa ini, pedagang-pedagang Belanda mulai memasuki kawasan Makassar. Awalnya
mereka berdagang, namun kenyataannya mereka ingin memonopoli.
Setelah Sultan Alauddin wafat pada tahun 1639, kerajaan dipimpin oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin sangat menentang semua monopoli dagang yang dilakukan VOC (Belanda). Setelah penandatanganan Perjanjian Bongaya, Makassar jatuh ke tangan VOC. Para pemimpin yang tidak setuju banyak yang melarikan diri ke Jawa. Mereka bergabung
dengan pejuang di Jawa.

8. Kerajaan Tidore dan Ternate
Kerajaan Tidore dan Ternate berdiri sekitar abad ke-13–14. Keduanya hidup
berdampingan dengan rukun sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Raja
terbesar Kerajaan Tidore yaitu Sultan Nuku. Ia berhasil memperluas wilayah dan mengembangkan agama Islam sampai ke Halmahera, Seram, dan Papua. Bahkan, Sultan Nuku juga berhasilmengusir Portugis dari Tidore.
Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, Kerajaan Ternate mempunyai dua persekutuan dagang. Nama kedua persekutuan dagang itu ialah Uli Lima dan Uli Siwa.
a. Uli Lima atau persekutuan lima saudara. Wilayahnya meliputi Ternate, Obi,Bacan, Seram, dan Ambon. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
b. Uli Siwa atau persekutuan sembilan saudara. Wilayahnya meliputi Tidore, Makyan, Jailolo (Halmahera), Mare, Moti, Hitu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Tidore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar